Author: toni
•05.21
Catatan hari kedua di Malaka
           
            Setelah berdiskusi sebentar di malam pertama kami di Malaka dan kemudian memutuskan tidur, saya dan teman-teman sekamar sepakat untuk menyiapkan alarmnya masing-masing agar kami semua bisa bangun lebih pagi. Waktu yang kami sepakati adalah saat jam sholat subuh. Saya lah orang pertama yang bangun pagi itu karena alarm saya yang paling keras. Tetapi lima teman saya yang lain, tak satu pun bangun. Saya pun kemudian membangunkan yang lain dan saya langsung menuju kamar mandi untuk mandi pagi dan mengambil air wudhu untuk persiapan sholat subuh. Kemudian saya pun siap untuk menunaikan sholat. Sajadah sudah digelar dan teman-teman lain bergantian mandi. Di rokaat kedua, alangkah kagetnya saya. Saya dan teman-teman lainnya mendengar suara azan subuh baru dikumandangkan. Sontak satu kamar menertawakan saya karena saya sholatnya kepagian. Hahahahahaha. Saya lupa kalau saya belum menyesuaikan jam sholat saya dengan waktu sholat setempat. Akhirnya saya dan seorang teman saya pun memutuskan untuk sholat di masjid dekat hostel kami sekalian mencatat jadwal sholat setempat selagi teman-teman yang lain bersiap diri.

 Masjid Kampung Kling

            Setelah sholat subuh, kami semua sudah siap untuk menikmati kota tua Malaka yang masih sangat sepi di pagi hari. Tapi, jalan-jalan pagi itu minus dosen kami, karena kami tidak enak mengganggu istirahat mereka. Tempat yang kami tuju adalah tempat duduk-duduk di pinggir sungai dekat jalan Laksamana (dekat Christ Church). Berjalan kaki sebentar dari hostel, kami pun akhirnya sampai. Kemudian kami memuaskan hasrat kami untuk berfoto ketika sunrise dan menikmati pinggiran sungai saat matahari mulai terbit. Melihat pantulan rumah-rumah Cina dari permukaan sungai yang tenang sambil mendengarkan kicauan burung yang jumlahnya sangat banyak. Burung-burung tersebut rupanya semalaman tinggal di pohon besar dekat Victoria fountain yang memang mungkin menjadi tempat tinggal mereka di malam hari. Setelah matahari sedikit terlihat lebih tinggi, mereka pun satu persatu terbang menuju ke arah yang berbeda-beda secara berkelompok. Luar biasa, sebuah pemandangan yang tidak pernah saya dapatkan di kota asal saya. Tidak rugi rasanya saya bangun kepagian. Hehehehehe.

 Kawasan sekitar sungai


 Panorama sekitar sungai

 Gerombolan burung keluar dari sarangsarangnya

            Setelah lama menikmati pagi, kami pun bertemu dengan anggota rombongan kami yang lain. Kami pun bergerak menuju sebuah kedai Cina untuk sarapan pagi. Pilihan menu pagi itu adalah mie. Baru kali ini saya makan di sebuah kedai Cina. Hahahahaha. Kelihatan udiknya. Selain cukup enak, harganya juga cukup murah. Masih termasuk harga standar makanan di Malaka. Setelah selesai, kami kemudian menuju sebuah area parkir umum mobil di pinggir sungai yang tersedia tempat untuk duduk-duduk. Di sana kami bertemu dengan rombongan kami yang lain (orang pemerintahan) yang seringkali tidak bergabung dengan kami karena keasikan belanja sendiri. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba diskusi serius berlangsung. Cukup seru dengan dibumbui sanggahan-sanggahan. Tapi kemudian dirusak oleh sebuah usulan/ pendapat ga penting dari si tukang belanja. Kami yang muda-muda kemudian cuma bisa geleng-geleng heran, kok bisa jauh-jauh ke Malaka tetapi yang di dapat cuma begituan aja. Dangkal banget. Kebanyakan belanja sih, ga ikutan belajar sama kita-kita. Hahahahaha.

            Cukup lama kami berdiskusi, kemudian diskusi kami terhenti karena ada sms dari Madam Josephin Chua, seorang pemerhati cagar budaya setempat. Kami pun segera bergegas menuju Cheng Hoon Teng Temple karena sms itu ternyata ajakan untuk belajar lebih jauh tentang konservasi yang pernah dilakukan oleh klenteng tersebut. Dan lagi-lagi dua orang nunut tadi tidak ikut bergabung dengan alasan salah satu dari mereka sedang sakit, padahal sebenernya kita tahu mereka masih ngincer belanjaan yang belum kesampaian. Ya sudahlah, yang mau pinter lanjut dan yang mau ehem juga lanjut. Hahahahaha.

            Kami pun melanjutkan perjalanan kami dan setelah berjalan kaki cukup lama dan panas, akhirnya kami sampai. Masuk melewati pintu utama, kami kemudian disuguhkan dengan ukiran kayu yang luar bisa indah dan rumit. Kondisinya sangat terawat. Baru beberapa saat menikmati tampilannya, kami kemudian bertemu dengan Madam Jo. Beliau kemudian bercerita tentang upaya konservasi yang telah dilakukan sehingga klenteng tersebut mendapatkan penghargaan sebagai world heritage building dari unesco. Setelah panjang lebar bercerita di dalam klenteng, kami di ajak untuk menyaksikan video dokumentasi konservasi Cheng Hoon Teng Temple. Luar biasa memang apa yang sudang dilakukan oleh mereka. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari mereka. Pertama, upaya konservasi tidak bisa dilakukan secara instan dan terburu-buru. Semua ada tahapannya dan kesabaran dalam menjalaninya. Kedua, adanya keseriusan dari stakeholder dalam hal ini adalah dewan kehormatan klenteng bersama dengan masyarakat sekitar. Mereka begitu serius dalam mengkonservasi aset mereka. Tukang kayu dari Cina langsung mereka datangkan untuk membantu upaya konservasi tersebut. Ketiga, komitmen yang tinggi dan jujur. Seperti yang saya katakan sebelumnya, konservasi membutuhkan waktu yang lama. Perlu komitmen yang tinggi untuk menjalaninya dan perlu juga kejujuran dalam pelaksanaannya. Dengan begitu, proyek konservasi dapat sukses dijalankan.

Pintu Gerbang Cheng Hoon Teng Temple


  Bagian depan Cheng Hoon Teng Temple
Detail hiasan

            Setelah selesai belajar dari Madam Jo dan Cheng Hoon Teng Temple, kami kemudian menuju Masjid Kampung Kling untuk sholat Jumat. Masjid ini juga termasuk bangunan kuno yang ada di Malaka. Kondisinya masih baik dan tidak banyak perubahan atau dapat dikatakan masih cukup asli. Salah satu keunikan masjid ini adalah, ketika sholat Jumat, khotib bergantian sesuai jadwal memberikan khutbah dalam tiga bahasa yaitu bahasa melayu, tamil, dan inggris. Kebetulan, ketika kami di sana, khotib berkhutbah dengan bahasa melayu.

            Selepas sholat Jumat, kami kemudian menuju ke kantor Badan Permuziuman Malaka. Di sana kami sudah membuat janji dengan mereka untuk mendapatkan penjelasan mengenai proses Kota Malaka menuju world heritage city. Mulai dari persiapan, strategi mereka agar mendapatkan pengakuan sampai strategi pengelolaannya. Sangat menarik apa yang kami lakukan, karena bagi kami pertemuan tersebut dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru yang bisa kami bawa pulang ke Indonesia. 

            Selepas pertemuan tersebut, kami kemudian melanjutkan kegiatan kami dengan berkunjung ke museum perkembangan arsitektur di Malaysia. Kami cukup beruntung karena sebenarnya museum tersebut sudah tutup, tetapi karena Madam Jo, akhirnya kami pun bisa masuk dan menikmati koleksi yang ada. Museum ini cukup menarik karena menampilkan perkembangan arsitektur di Malaysia melalui maket yang berukuran cukup besar. Ada cukup banyak maket yang tersebar di beberapa lantai, tetapi yang membuat saya takjub adalah maket dari stasiu KA di Kuala Lumpur. Detailnya sangat rapi dan ukurannya yang besar membantu saya memahami seperti apa bangunan aslinya. Saya tambah senang karena tugas akhir saya yang saat itu sedang saya susun adalah stasiun KA juga. Jadi, saya dapat tambahan referensi baru. Hehehehe. 

 Maket stasiun Kuala Lumpur
            Dari museum tersebut kami kemudian melanjutkan perjalanan ke puncak bukit yang berada di dalam kawasan benteng. dari puncak bukit, kami bisa melihat kota dalam jarak pandang yang cukup jauh. Cukup menarik, tetapi kami tidak berlama-lama di sana karena kami kemudian menuju salah satu mall terdekat untuk mencari sesuatu di sana. Tak butuh waktu lama karena kami sudah berencana balik ke hostel untuk mandi dan siap-siap mengunjungi pasar malam di Jonker street.
Pasar malem di Jonker street

 Makan malem di Jonker street sama si Buba


Pasukan kancil

              Malamnya, kami ternyata berpencar. Anak-anak muda jalan berkelompok mencari makan dan melihat-lihat barang-barang yang dijajakan di Jonker street, sedangkan dosen dan orang yang dituakan lainnya juga melakukan hal yang sama. Tapi kemudian kita bertemu dan kemudian melanjutkan penelusuran untuk menikmati kota Malaka di malam hari. Kami kemudian berjalan menyusuri sungai. Banyak hal menarik yang kami temui. Supaya lebih enak dalam menjelaskannya, silakan menikmati video berikut.
Kampung Jawa



            Badan rasanya sudah tidak kuat lagi, karena seharian penuh kita beraktivitas dan berjalan kaki. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan istirahat.
This entry was posted on 05.21 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: