Author: toni
•08.10
Pada bagian ini, akan saya ceritakan mengenai persiapan saya dan teman-teman serta dua orang dosen kami menjelang perjalanan ke Malaka.

Sebenarnya, rencana ini sudah ada sejak lama. Saat itu, kami sedang melakukan sebuah diskusi di sebuah ruangan di dalam rumah tua milik Bapak Oemar Zainuddin atau yang lebih akrab disebut sebagai Pak De Noot. Saat itu kami sedang berdiskusi mengenai mimpi kami tentang Kota Tua Gresik dimasa yang kan datang. Lalu Mas David menunjukkan foto-foto dari beberapa sudut kota Malaka yang dianggapnya memiliki kemiripan dengan Kota Gresik. Lalu, muncullah ide untuk BELAJAR ke Malaka. Serentak semua yang ada di ruangan tersebut sepakat dengan ide tersebut dan peristiwa itu kemudian menjadi titik awal kami untuk benar-benar berniat untuk merealisasikannya.

 gambar 1. Suasana gang kampung kemasan, Gresik
Sumber : dokumentasi tim inventori BCB Gresik (arsitektur ITS & Untag)
 gambar 3. diskusi bersama
Sumber : dokumentasi tim inventori BCB Gresik (arsitektur ITS & Untag)

Lama sekali setelah ide tersebut dicetuskan, tak ada follow up yang begitu berarti dari rencana tersebut. Sampai pada suatu ketika, kami benar-benar siap untuk berangkat. Saya sebut siap karena faktor utama yang membuat kami benar-benar siap akhirnya bisa dipenuhi. Ya, benar, faktor finansial.
Mulailah kami menyiapkan beberapa hal, mulai dari browsing harga tiket pesawat, browsing penginapan, sampai membuat paspor baru. Saya dan teman-teman sangat bersemangat melalui proses ini. Sepertinya ada semangat yang memacu kami meski sebenarnya kami juga punya aktivitas lain yang harus diselesaikan. Hari demi hari berlalu keputusan tak kunjung dibuat. Kapan berangkat? Jadi naik apa? Menginap dimana? Berapa orang yang ikut? Wow, lama-lama pusing kepala ini. Kepikiran terus. Sudah ngebet rasanya. Hahaha.
Akhirnya, setelah memakan waktu yang cukup lama, kami memutuskan untuk berangkat tanggal 3 Maret 2011. Lega rasanya. Karena dengan begitu, kami bisa memesan tiket, reservasi penginapan dan merencanakan perjalana serta membuat janji dengan beberapa pihak yang bisa kami temui di Malaka untuk belajar.
Banyak pelajaran yang saya dapatkan selama kami mempersiapkan perjalanan kami. Rasanya kami seperti biro wisata saja karena semua hal, kecuali pembelian tiket, kami urus sendiri. Berikut akan saya berikan sedikit penjelasannya:
1.       Pentingnya perencanaan jauh-jauh hari
Sudah jadi rahasia umum, bahwa perjalanan seperti yang kami lakukan memang harus direncanakan dan dipersiapkan jauh-jauh hari. Ini akan banyak memberi manfaat baik secara langsung maupun tidak. Dengan persiapan yang lebih awal, kita dapat berhemat dari segi tiket pesawat, biaya menginap dll. Membuat keputusan menjadi salah satu faktor penting. Keputusan yang tidak segera diambil karena pertimbangan yang semakin lama semakin banyak, membuat waktu akan semakin berkurang dan menyebabkan persiapan menjadi lebih mepet. Ini kami rasakan betul di proses persiapan. Beruntung kami masih punya waktu yang cukup untuk bisa memesan tiket dan penginapan yang lumayan murah meski sebenarnya bisa lebih murah lagi.
2.       Jumlah orang dan siapa yang turut serta cukup penting untuk diperhatikan
Bagi yang akan melakukan perjalanan rombongan dan tanpa dibantu oleh biro perjalanan wisata, saya sangat menyarankan agar membatasi jumlah orang. Semakin banyak orang, akan semakin merepotkan. Bukan berarti kami tertutup dengan kehadiran orang lain, namun akan lebih baik bila rombongan hanya dibatasi dalam jumlah tertentu untuk memudahkan proses persiapan dll. Menurut saya idealnya antara lima hingga sepuluh orang. Bila lebih, sebaiknya urus sediri segala macam hal yang menyangkut persiapan atau mungkin bisa membentuk kelompok baru untuk mengurus tetek bengeknya.
Selain itu, siapa yang bergabung ke dalam rombongan juga perlu diperhatikan. Akan jauh lebih pas bila yang menjadi bagian dari rombongan kita adalah orang-orang yang sejalan dengan kita. Maksud saya adalah sejalan dalam hal tujuan dan pemikiran. Bayangkan, bila kita berencana untuk backpacking tapi di dalam rombongan kita ada orang yang anti dengan yang begituan. Pasti susah mengurusnya. Lebih baik terpisah saja. Lebih baik urus sendiri saja segala macam persiapannya. Dengan begitu, perjalanan kita akan lebih nyaman dan pasti berkesan.
3.       Backpacker ternyata asik juga
Sekalinya saya pergi ke luar negeri, saat itu juga saya dan rombongan memutuskan untuk berlibur ala backpacker. Meski tidak sama persis dengan backpacker sejati di luar sana, tapi kami benar-benar mengadopsi konsep hemat dan murah yang dipegang oleh para backpacker.
Satu hal yang membuat kami benar-benar bisa berhemat karena kami selalu berjalan kaki kemanapun. Bayangkan, mulai dari selepas Sholat Subuh hingga jam 12 malam, kami tidak pernah menggunakan kendaraan sekalipun. Kami hanya berhenti jalan ketika kami sarapan, makan siang dan malam, beribadah, serta ketika kami berdiskusi bersama di sebuah tempat. Mungkin hal ini bisa menjadi contoh bagi Anda. Namun butuh persiapan untuk hal itu. Persiapan yang paling sederhana adalah Anda harus menyiapkan alas kaki yang mampu membantu Anda untuk berjalan jauh dan dalam waktu lama tanpa melukai kaki serta membuat Anda nyaman. Selain itu, persiapan fisik juga perlu. Mungkin karena kami sudah terbiasa jalan kaki jauh selama kami di Surabaya, jadi kami siap secara fisik ketika kami di sana.
Satu hal yang perlu saya bagikan, jangan pernah jalan-jalan dengan menghabiskan waktu di dalam kendaraan. Berjalan kaki akan membuat Anda mampu menemukan banyak hal yang tidak akan Anda dapatkan ketika Anda berkendara. Berjalan kaki akan membuat Anda bisa menelusuri bagian-bagian menarik  dan terkecil dari sebuah lokasi. Itulah yang membuat kami susah untuk berhenti berjalan kaki. Percayalah.

4.       Rencana kegiatan juga penting
Sama halnya dengan poin pertama, poin ke empat juga sudah menjadi rahasia umum. Hanya saja, ada satu hal yang ingin saya bagikan. Akan jauh lebih asik jika kita bisa membuat sebuah rencana untuk bertemu dan berbicara dengan orang lokal. Ketika kami di Malaka, kami membuat janji dengan Badan Permuziuman Malaka serta seorang tokoh pecinta cagar budaya setempat. Melalui mereka kami banyak mendapat informasi dan ilmu. Mungkin terdengar sedikit merepotkan bagi Anda yang Cuma ingin sekedar berlibur. Namun saya bisa memberikan sebuah alternatif, bila Anda tidak bisa melakukan hal tersebut,cobalah untuk bicara dengan beberapa orang lokal yang Anda temui di jalan atau tempat-tempat umum seperti restoran dll. Cobalah gali informasi dari mereka sehingga Anda akan banyak tahu tentang tempat yang Anda kunjungi.
ki-ka : Mas David A. Sagita, pihak Badan Permuziuman Malaka, Madam Josephin Chua (tokoh pemerhati cagar budaya Malaka), Pak Andi Mappajaya


Kurang lebih itulah ringkasan dari apa yang saya alami selama proses persiapan saya sebelum jalan-jalan ke Malaka. Di tulisan saya selanjutnya, saya akan coba menceritakan kegiatan saya selama di sana. Terima kasih, semoga Anda dapat menikmati dan mengambil manfaat dari tulisan saya.